Ini adalah kali ke sekian bukti betapa Tuhan ku,Allah SWT, yang mendengar dan mengabulkan doa-doa dan permintaan-permintaan ku dalam setiap ritual peribadatan di mana gue merendahkan diriku serendah-rendahnya di hadapan-Nya.Terimakasih Ya Rabb, terimakasih.
Kisah ini diawali oleh adanya ke-vakum-an agenda harian ku 'disetiap kali' liburan menjelang semester baru. Kenapa 'di setiap kali'?, berikut kisah ini terjadi dan berlalu serta mengerak dalam memori ku secara kuat. (Gue bahagia menceritakan ini, karna gue tahu, ini hadiah dari kekuatan doa yang aku panjatkan kepada-Mu Ya Rabb).
Suatu hari dalam perbincangan ringan diantara anggota sebuah geng 'rempong' dari sebuah kelas teknik tahun 2011 lalu -harus diketahui para anggotanya kini tersebar dari ujung barat sampai timur Indonesia- ada sebuah rencana besar yang disepakati bersama dan sekali lagi gue garis bawahi: Sebuah Rencana BESAR. Rencana yang disepakati itu didapat sebagai obat panawar dari gejala kepenatan dan kejenuhan yang kian hari kian menumpuk padat -bayangkan saja, karna gejala itu bisa berkembang menjadi penyakit beneran yang mematikan, hahaha seriously- Singkat cerita, seiring berjalannya waktu,rencana besar itu sampai detik ini belum bisa terealisasi. Setidaknya ada dua faktor yang mendasar, pertama, schedule rencana tersedia tapi kondisi dompet kering kerontang dan kedua, dompet berisi sampe ngga bisa dilipat tapi justru waktu belum luang sama sekali. Nah, at the end rencana besar melepas penat itu melumut selama setahun lebih-tak terbayang betapa suburnya lumut yang gue maksud-.
Dan sebuah konsekuensi pun kami tanggung bareng-bareng. Demi mendapat nilai kelulusan tahun 2013 ini, para anggota geng mau tidak mau harus mengikuti program sekolah yang dari dulu-dulu telah diterapkan, yakni, PKL atau magang. Kelas teknik kami punya spec yang beda ketimbang jurusan lain, terutama karena menghendaki anak-anak didiknya bermigrasi tidak hanya di luar kota tapi bahkan ke luar pulau untuk mencicipi indahnya hidup sebagai orang asing. Semakin hilangnya atensi untuk mewujudkan rencana besar itu, kemungkinan orang-orangnya kini telah merasakan kenikmatan di luar sana, tentu karena industri menginginkan mereka untuk melanjutkan hingga hari wisuda memulangkampungkan ke tanah halaman.
Tak begitu, dengan apa yang gue alami. Gue adalah korban dari gejolak dan fluktuasi dunia industri tambang. STOPPPP!!! (nyesek...) Sebelum kawan-kawan bertolak ke tanah asing masing-masing, gue mengguman begitu lama tentang nasib karir dan pendidikan ku selanjutnya sebelum wisuda. Hari-hari akan bergerak begitu lamban nampaknya, dan menunggu tanpa punya kesibukan sampai tanggal wisuda itu sungguh memalukan. AKU HARUS PERGI...HARUS. Tapi kemana? Dan dalam hitungan hari, kawan-kawan yang masih mengikat diri dengan tanah asing segera bergegas sesuai jadwal terbangnya masing-masing. Tersisa gue sendiri dari ke sekian anggota geng (plus korban-korban senasib dengan diriku).
Ternyata, masih ada semangat merantau dalam jiwa ku, begitu kuat merekat. Sehingga sebulan lebih di rumah dengan segala kondisinya, membuat gue bagai terpenjara. Aku ingin bebas, sebebas bebasnya. Tak lupa kuselipkan doa-doa agar Yang Maha Kuasa memberikan petunjuk dan jalan yang mudah kedepannya. Parah bukan kepalang, dalam masa 'kurungan'ku di dalam rumah selama itu, begitu terasa uang terkuras dalam-dalam hanya untuk membiayai nafsu kelayapan anak muda seperti diriku. KArena gue dan seorang temen -termasuk dalam korban magang yg juga luntang-lantung di rumah- tak jarang bikin acara geje keluar rumah berduaan saja (jangan berpikiran aneh-aneh ya, acara maen ini di siang hari bolong tanpa menginap, hehe). Acara geje itu bener-bener geje yang dalam bahasa Jawa ditulis'geje sakpole'. Pernah suatu saat, sekedar ingin berkunjung ke Solo pagi-pagi banget kami sudah menunggu kereta dengan beberapa calon penumpang saja. Bodohnya, tanpa tahu tujuan yang pasti, asalkan Solo kami jalan. wkwkwk...
Berikut ini foto-foto sebagai bukti kebenaran acara jalan-jalan ke Solo kami:
Tuhan begitu baik kepadaku. Tak ingin berlama-lama lagi hidup dalam kurungan tanpa hasil karya,kucoba mem-BBM seorang bos untuk bertanya tentang lowongan magang. Kala itu, BBM telah berstatus delivered namun belum di-read oleh empunya bahkan sampai hari-hari setelah pengiriman pesan. Entah berkah dari mana -baca, berkah dari Allah SWT- ada sms masuk dari orang bernama Gogon, seorang teman se-jurusan tapi beda kelas, memberikan info tentang lowongan magang ke suatu daerah yang aku selalu idam-idamkan dari dulu: LOMBOK. WOW, Oh My God....(jingrak jingkrak, lompat lompat, serangan ayan datang seketika, wkwkwk). Sontak gue kegirangan bukan main. "Woy, akhirnya aku bisa ke Lombok. Lombooook I m coming" (bayangkan, gue menjerit-jerit kesenangan). Gue putuskan untuk "yes" tanda berminat dengan lowongan tadi, tak lupa info ini ku-foreward ke teman akrab yang suka main bareng dengan ku. Setelah, bla...bla..bla. hari itu langsung cuss ke kantor di Boyolali. Di sana, gue bertiga bertemu sama si owner dan orang-orang jebolan dari Bojonegoro dan Ciamis. Pertemuan itu singkat, kami disuguhi gambaran pekerjaan serta hal-hal lain yang terkait sebagai bentuk transparansi termasuk honor dan masa pemagangan kami nantinya.
Hari keberangkatan telah tiba. Begitu garang matahari terasa memanggang kulitku. Setiba di kantor perusahaan, kami harus menunggu lumayan lama jam keberangkatan dari salah satu agen bus di Solo sebut saja Safari Dharma Raya. Sementara hujan begitu deras mengguyur kawasan itu dan awet hingga jam keberangkatan sekitar 18.00 WIB. Bus memulai perjalanan panjang ke Mataram, Lombok. Dua jam setelahnya, bus berhenti di rumah makan Safari di Nganjuk lalu melanjutkan perjalanan ke timur. Pagi-pagi sekali, gue terbangun dan bus sedang melewati kawasan Hutan lindung di ujung timur Jatim. Pengalaman pertama untuk berlayar diatas kapal ferry akan segera di mulai. Penyeberangan dari Ketapang ke Pelabuhan Gili manuk kurang lebih 20 menit saja. Dilanjutkan perjalanan darat menyibak pulau dewata yang bersih dan masih asri. HAri beranjank siang, bus berhenti untuk ke dua kalinya untuk makan siang. Hingga akhirnya pelayaran yang sesungguhnya akan bnar-benar terjadi, yaitu dari pelabuhan padang bay ke pelabuhan lembar lombok. kami terapung di air selama 5 jam, terobang ambing sampai bikin mual ngga karuan. akhirnya, jam 19.00 WITA kami tiba di LOmbok, dan masih harus melanjutkan ke terminal Bus di Mataram. Sesampainya di terminal yang dituju, kami diturunkan di pos security terminal, disambut hangat oleh seorang lelaki yang tubuhnya tegap berisi dengan perlengkapan persenjataan aparat keamanan. Di situ, kami sejenak beristirahat, MCK, sambil menunggu mobil yang akan mengangkut kami ke lokasi kerja, Pandanduri, Lombok Timur. hampir memotong Lombok sampai ke ujung timur pulau. Perjalanan ke Pandanduri sangat menantang terutama jalan masuk yang masih jelek setengah mati, membuat penumpang mobil terkoyak-koyak mengikuti alunan jalannya mobil. dan yang harus diketahui, jalur itu harus dilalui sepanjang 7 km. Shiiit man. Alhasil, perjuangan mencapai lokasi tujuan berhasil sudah. Setelah mendapat ijin dari petugas keamanan projek, mobil segera dipacu untuk merangkak tanjakan maut untuk pertama kalinya...(tanjakan sekitar 50 derajat yang ketika hampir mencapai puncak berbelok arah) hahahaha, dan mobil yang saya tumpangi, Kijang tua renta, akhirnya macet setelah menggapai puncak tanjakan. Lumayan lama meratapi nasib Kijang malang itu, dengan perasaan serba ngeluh, capek, lapar, ngantuk. ahhhhh,... Singkatnya, kami telah mencapai camp yang bakal menjadi mess bagi kami... camp? serious???? Oh my Ghost, seluruh tubuh rasanya luruh dan down seketika. Hello, camp? kamu tahu, sekarang tahun 2013, woyyyyy.
CERMATI DENGAN SEKSAMA
Kisah ini diawali oleh adanya ke-vakum-an agenda harian ku 'disetiap kali' liburan menjelang semester baru. Kenapa 'di setiap kali'?, berikut kisah ini terjadi dan berlalu serta mengerak dalam memori ku secara kuat. (Gue bahagia menceritakan ini, karna gue tahu, ini hadiah dari kekuatan doa yang aku panjatkan kepada-Mu Ya Rabb).
Suatu hari dalam perbincangan ringan diantara anggota sebuah geng 'rempong' dari sebuah kelas teknik tahun 2011 lalu -harus diketahui para anggotanya kini tersebar dari ujung barat sampai timur Indonesia- ada sebuah rencana besar yang disepakati bersama dan sekali lagi gue garis bawahi: Sebuah Rencana BESAR. Rencana yang disepakati itu didapat sebagai obat panawar dari gejala kepenatan dan kejenuhan yang kian hari kian menumpuk padat -bayangkan saja, karna gejala itu bisa berkembang menjadi penyakit beneran yang mematikan, hahaha seriously- Singkat cerita, seiring berjalannya waktu,rencana besar itu sampai detik ini belum bisa terealisasi. Setidaknya ada dua faktor yang mendasar, pertama, schedule rencana tersedia tapi kondisi dompet kering kerontang dan kedua, dompet berisi sampe ngga bisa dilipat tapi justru waktu belum luang sama sekali. Nah, at the end rencana besar melepas penat itu melumut selama setahun lebih-tak terbayang betapa suburnya lumut yang gue maksud-.
Dan sebuah konsekuensi pun kami tanggung bareng-bareng. Demi mendapat nilai kelulusan tahun 2013 ini, para anggota geng mau tidak mau harus mengikuti program sekolah yang dari dulu-dulu telah diterapkan, yakni, PKL atau magang. Kelas teknik kami punya spec yang beda ketimbang jurusan lain, terutama karena menghendaki anak-anak didiknya bermigrasi tidak hanya di luar kota tapi bahkan ke luar pulau untuk mencicipi indahnya hidup sebagai orang asing. Semakin hilangnya atensi untuk mewujudkan rencana besar itu, kemungkinan orang-orangnya kini telah merasakan kenikmatan di luar sana, tentu karena industri menginginkan mereka untuk melanjutkan hingga hari wisuda memulangkampungkan ke tanah halaman.
Tak begitu, dengan apa yang gue alami. Gue adalah korban dari gejolak dan fluktuasi dunia industri tambang. STOPPPP!!! (nyesek...) Sebelum kawan-kawan bertolak ke tanah asing masing-masing, gue mengguman begitu lama tentang nasib karir dan pendidikan ku selanjutnya sebelum wisuda. Hari-hari akan bergerak begitu lamban nampaknya, dan menunggu tanpa punya kesibukan sampai tanggal wisuda itu sungguh memalukan. AKU HARUS PERGI...HARUS. Tapi kemana? Dan dalam hitungan hari, kawan-kawan yang masih mengikat diri dengan tanah asing segera bergegas sesuai jadwal terbangnya masing-masing. Tersisa gue sendiri dari ke sekian anggota geng (plus korban-korban senasib dengan diriku).
Ternyata, masih ada semangat merantau dalam jiwa ku, begitu kuat merekat. Sehingga sebulan lebih di rumah dengan segala kondisinya, membuat gue bagai terpenjara. Aku ingin bebas, sebebas bebasnya. Tak lupa kuselipkan doa-doa agar Yang Maha Kuasa memberikan petunjuk dan jalan yang mudah kedepannya. Parah bukan kepalang, dalam masa 'kurungan'ku di dalam rumah selama itu, begitu terasa uang terkuras dalam-dalam hanya untuk membiayai nafsu kelayapan anak muda seperti diriku. KArena gue dan seorang temen -termasuk dalam korban magang yg juga luntang-lantung di rumah- tak jarang bikin acara geje keluar rumah berduaan saja (jangan berpikiran aneh-aneh ya, acara maen ini di siang hari bolong tanpa menginap, hehe). Acara geje itu bener-bener geje yang dalam bahasa Jawa ditulis'geje sakpole'. Pernah suatu saat, sekedar ingin berkunjung ke Solo pagi-pagi banget kami sudah menunggu kereta dengan beberapa calon penumpang saja. Bodohnya, tanpa tahu tujuan yang pasti, asalkan Solo kami jalan. wkwkwk...
Berikut ini foto-foto sebagai bukti kebenaran acara jalan-jalan ke Solo kami:
baru nunggu kereta, dan masih sepiiiih
sampai di mana gue??? tengah sibuk potret-potret, meski ngga ngerti baru dimana *parah*
poto bareng kanjeng Romo sama kanjeng Ratu, papa sama mama tiriku, wkwkwk
jangan lupa duduk di teras rumah ortu sendiri, soalnya jarang ke rumah, kangen banget sambil poto kayaknya lebih nyenengin, ckckck *ngg tau diri*
gue heran, apa gerangan motif ku berpose demikian? -gag kuat ngeliat *tutup muka*-
klewer, klewer, klewer...cuman numpang lewat aja bang.
cowok boleh perawatan juga kok. like buat mbak-mbaknya yang ngebet banget dan terimakasih udah narik tangan kami secara paksa. banget banget deh... wkwkwk
-POTO LAIN, kapan-kapan aja ya-
Hari keberangkatan telah tiba. Begitu garang matahari terasa memanggang kulitku. Setiba di kantor perusahaan, kami harus menunggu lumayan lama jam keberangkatan dari salah satu agen bus di Solo sebut saja Safari Dharma Raya. Sementara hujan begitu deras mengguyur kawasan itu dan awet hingga jam keberangkatan sekitar 18.00 WIB. Bus memulai perjalanan panjang ke Mataram, Lombok. Dua jam setelahnya, bus berhenti di rumah makan Safari di Nganjuk lalu melanjutkan perjalanan ke timur. Pagi-pagi sekali, gue terbangun dan bus sedang melewati kawasan Hutan lindung di ujung timur Jatim. Pengalaman pertama untuk berlayar diatas kapal ferry akan segera di mulai. Penyeberangan dari Ketapang ke Pelabuhan Gili manuk kurang lebih 20 menit saja. Dilanjutkan perjalanan darat menyibak pulau dewata yang bersih dan masih asri. HAri beranjank siang, bus berhenti untuk ke dua kalinya untuk makan siang. Hingga akhirnya pelayaran yang sesungguhnya akan bnar-benar terjadi, yaitu dari pelabuhan padang bay ke pelabuhan lembar lombok. kami terapung di air selama 5 jam, terobang ambing sampai bikin mual ngga karuan. akhirnya, jam 19.00 WITA kami tiba di LOmbok, dan masih harus melanjutkan ke terminal Bus di Mataram. Sesampainya di terminal yang dituju, kami diturunkan di pos security terminal, disambut hangat oleh seorang lelaki yang tubuhnya tegap berisi dengan perlengkapan persenjataan aparat keamanan. Di situ, kami sejenak beristirahat, MCK, sambil menunggu mobil yang akan mengangkut kami ke lokasi kerja, Pandanduri, Lombok Timur. hampir memotong Lombok sampai ke ujung timur pulau. Perjalanan ke Pandanduri sangat menantang terutama jalan masuk yang masih jelek setengah mati, membuat penumpang mobil terkoyak-koyak mengikuti alunan jalannya mobil. dan yang harus diketahui, jalur itu harus dilalui sepanjang 7 km. Shiiit man. Alhasil, perjuangan mencapai lokasi tujuan berhasil sudah. Setelah mendapat ijin dari petugas keamanan projek, mobil segera dipacu untuk merangkak tanjakan maut untuk pertama kalinya...(tanjakan sekitar 50 derajat yang ketika hampir mencapai puncak berbelok arah) hahahaha, dan mobil yang saya tumpangi, Kijang tua renta, akhirnya macet setelah menggapai puncak tanjakan. Lumayan lama meratapi nasib Kijang malang itu, dengan perasaan serba ngeluh, capek, lapar, ngantuk. ahhhhh,... Singkatnya, kami telah mencapai camp yang bakal menjadi mess bagi kami... camp? serious???? Oh my Ghost, seluruh tubuh rasanya luruh dan down seketika. Hello, camp? kamu tahu, sekarang tahun 2013, woyyyyy.
............ (pikiran ku buntu mengingat ini)
ini juga.
CERMATI DENGAN SEKSAMA
to be continued.